BAB 4. Pengenalan Investasi Proyek Teknik Sipil
Semua aspek pembangunan fisik dalam bidang Teknik
Sipil adalah merupakan realisasi dari hasil gagasan atau rekayasa studi yang
dibuat dalam suatu bentuk Program Pembangunan Proyek dengan sasaran akhir
adalah akan bermanfaat bagi kesejahteraan kehidupan manusia. Untuk melaksanakan
suatu pekerjaan pembangunan Proyek seringkali akan dihadapkan pada banyak
pilihan diantara berbagai kemungkinan rencana, desain, metode dan prosedur
pelaksanaan. Setiap alternative tersebut memiliki konsekwensi waktu, biaya dan
manfaat yang menunjukan suatu profil investasi yang kusus. Bagaimana memilih
profil investasi yang paling menguntungkan dari beberapa alternative yang
memungkinkan, proses pemilihan tersebut merupakan hal yang perlu dilakukan
terkait dengan investatsi yang direncanakan. Menjawab pertanyaan kenapa
kegiatan investasi harus dilakukan, apakah perlu ada kegiatan investasi lain
sebagai alternative, apakah kegiatan investasi bisa tetap dilaksanakan atau
sebaliknya harus dibatalkan, adalah merupakan pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab sebelum kegiatan investatsi dilakukan.
Ilmu ekonomi teknik merupakan implementasi prinsip
ilmu ekonomi yang diterapkan dalam bidang Proyek Pembangunan Teknik Sipil.
Untuk membangun suatu Proyek diperlukan Dana sebagai bentuk Investasi yang bisa
diambil dari berbagai Lending Agency (Bank), baik per-Bank-an Nasional dalam negeri
maupun International- ADB, World Bank. Ditinjau dari sudut pandang studi
ekonomi teknik maka Investasi dana yang dipakai untuk pembangunan fisik Proyek
diproyeksikan akan menguntungkan secara financial pada saat proyek
dioperasikan. Dana Investasi tersebut adalah merupakan Cost yang harus bisa
“ditarik kembali” dalam wujud “Cost Recovery” dan “keuntungan” atau “Benefit”
dari hasil operasional Proyek. Dana pinjaman yang didapat dari per-Bank-an
secara ekonomis akan diberikan dengan suatu ‘Balancing Rate” atau “Interest
Rate” yang dikenal sebagai Bunga Per-Bank-an yang besarnya tergantung dari
kesepakatan yang didasarkan pada pengaruh ”inflasi” – “kondisi moneter
nasional”- “faktor resiko” dan lain sebagainya. Dengan adanya beban pinjaman
dan bunga pinjaman serta biaya operasioal dan pemeliharaan proyek yang akan
harus dikeluarkan sehingga proyek dapat
berfungsi dan akan menghasilkan produk-produk
sebagaimana yang direncanakan maka akan dilakukan Analisis Ekonomi, sehingga
Proyek yang direncanakan tersebut akan berada pada kondisi yang cukup bisa
diterima atau layak untuk diteruskan dan menguntungkan untuk dibangun atau
sebaliknya harus dibatalkan.karena Proyek akan merugi.
Materi kuliah ini disusun dengan pembahasan tentang:
pengertian “Proyek” termasuk didalamnya adalah “Proyek Pengembangan Sumber Daya
Air”; membahas tentang matematika keuangan yaitu prinsip-prinsip atau konsep
tentang uang, bunga, cara perhitungan dengan discounting, compounding, annuity
yang merupakan uraian atas konsep time value of money, yaitu nilai uang
berdasarkan atas waktu tinjau; Cost suatu Proyek Pengembangan; Biaya Tetap dan
Biaya Tambahan; Biaya Tangible dan Intangible;biaya langsung dan biaya tidak
langsung; biaya yang tidak diperhitungkan (overhead cost) dan biaya contingencies
lainnya. Pembahasan juga akan dilakukan terhadap aspek manfaat atau keuntungan
(Benefit) yaitu bagaimana memperkirakan manfaat suatu proyek Pengembangan
Sumber Daya Air. termasuk didalamnya bagaimana memperkirakan manfaat langsung
dan tidak langsung, manfaat yang tangible dan intangible, manfaat saat proyek
selesai dan manfaat pada saat full development suatu proyek. Pembahasan
selanjutnya adalah tentang tiga parameter pokok dalam evaluasi Proyek yaitu Net
Benefit, Benefit Cost Ratio, dan nilai Internal Rate of Return, yang merupakan
konsep tentang “Feasibility Study” atau Studi Kelayakan suatu Proyek.
Proyek adalah suatu kegiatan yang menggunakan
modal/resources/factor produksi untuk mencapai suatu tujuan/target tertentu
sedemikian rupa sehingga kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit)
setelah suatu jangka waktu tertentu. Evaluasi proyek adalah kegiatan untuk
mengetahui tingkat keuntungan suatu investasi, dan untuk menghindari
pelaksanaan proyek yang tidak atau kurang menguntungkan serta untuk memilih
alternative proyek yang paling menguntungkan dan menentukan prioritas
investasi. Analisa ekonomi dalam studi Pengembangan Sumber Daya Air sudah
merupakan hal yang rutin baik dalam Tahap Master Plan, Reconnaissance,
Appraisal. Feasibility Study, saat pembuatan Project Copletion Report (PCR)
maupun dalam tahapan yang dianggap perlu dalam studi-studi khusus untuk
mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan suatu Proyek Pengembangan terutama
yang dibiayai oleh bantuan dari Bank atau Lembaga Keuangan lainnya. Bila dalam
Tahap Feasibility Study proyek dianggap layak atau feasible, artinya memenuhi
Parameter-Parameter Benefit-Cost yang ditetapkan, maka selanjutnya dapat
dilakukan Tahapan Detail Design dan dilanjutkan dengan Pelaksanaan. Pada
tahapan PCR analisa ekonmi dilakukan untuk membandingkan hasil Output Proyek
(untuk proyek-proyek tertentu yang dapat segera menghasilkan Output nya) dengan
perkiraan kelayakan proyek pada saat appraisal atau pada saat persiapan proyek.
Pembangunan Proyek yang dilakukan dalam bentuk
pembangunan bangunan sarana dan prasarana, dalam bidang Sumber Daya Air,
KeCipta-Karyaan dan KeBina-Margaan, pada hakekatnya mempunyai tujuan akhir
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam proses perencanaan suatu
pembangunan proyek untuk tujuan tertentu selalu akan mempertimbangkan berbagai
aspek yang terkait dengan proyek yang direncanakan tersebut, antara lain adalah
aspek teknis, aspek sosial-budaya masyarakat, aspek ekonomis serta aspek
lingkungan.
Sedangkan untuk mewujudkan pembangunan proyek yang
dimaksud, terutama proyek yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah, akan dilaksanakan dengan anggaran yang disediakan dalam bentuk anggaran
tahunan dalam bentuk APBN atau APBD yang selalu mempertimbangkan jangka waktu
serta nilai anggaran tertentu sesuai dengan program yang telah ditetapkan dalam
APBN maupun APBD.
Pokok-pokok pikiran sebagaimana yang disampaikan
tersebut diatas akan dipakai sebagai bahan pertimbangan guna analisis
pembangunan proyek dari aspek teknis, ekonomis serta lingkungan agar tujuan
akhir dari terwujudnya proyek dimaksud akan memberi dampak manfaat yang paling
menguntungkan bagi kehidupan sosial masyarakat seutuhnya. Melalui telaah yang
diberikan dalam mata-kuliah ekonomi teknik ini, bagaimana suatu pembangunan
proyek akan dievaluasi secara ekonomis sehingga proyek akan dapat dikatakan
sebagai layak untuk dibangun.
Pengenalan tentang pengertian maupun istilah-istilah
dalam ekonomi teknik yang berkaitan dengan Engineering Analysis: inflation, amortization,
depresiation, marginal valuation, salvage value.
Proyek (Pembangunan): adalah merupakan niatan untuk
mewujudkan suatu sasaran pembangunan (apapun itu) yang dibatasi oleh dana dan
jangka waktu tertentu.
Uang atau dana merupakan sarana/alat yang dipakai
untuk suatu investasi proyek dan dalam investasi proyek maka selalu akan
dipertimbangkan aspek teknis (Engineering), aspek ekonomis / keuangan
(Feasiblity) serta aspek lingkungan (Acceptibility). Perhitungan semua aspek
tersebut akan bermuara pada kesimpulan apakah proyek akan bisa bermanfaat
secara menguntungkan atau sebaliknya.
Interest (rate) atau suku bunga bank adalah
merupakan pembayaran tambahan yang dibayarkan untuk menunggu kembalinya uang
pinjaman, dan merupakan suatu “penghargaan” atas penyediaan “modal / uang” yang
diberikan kepada siapapun yang membutuhkan modal dimaksud. Apabila seseorang /
instansi meminjam uang guna investasi proyek (dari per-Bank-an Nasional maupun
Internasional) maka peminjam wajib mengembalikan pinjaman tersebut disertai
dengan bunga Bank yang telah disetujui bersama. Sistim “penghargaan sebagaimana
bunga Bank” tidak berlaku dalam hal hubungan antara anak dengan orang tuanya,
artinya sistim pinjam-meminjam antara anak kepada orang tuanya tidak mengikat
adanya bunga berbunga sebagimana dimaksudkan dalam uraian ini.
Normalnya interest rate akan ditentukan oleh 3
(tiga) faktor yaitu: - keadaan ekonomi suatu negara yang bersangkutan; - faktor
resiko (kemungkinan Non Performing Loan) atas pemberian pinjaman;- faktor besaran
inflasi yang akan terjadi diwaktu yang akan datang.
Interest Rate = IRR + Rate of Inflation
Inflasi (Rate of Inflation) adalah suatu pertambahan
jumlah nominal uang yang diperlukan guna pengadaan suatu barang atau jasa, yang
disebabkan karena naiknya harga-harga barang, upah kerja, maupun harga-harga
komoditi lainnya.
Amortisasi adalah merupakan “pelunasan atau
pengembalian modal” yang diperoleh dari pinjaman. Dalam realisasi perhitungan
pelunasan modal yang akan dibayarkan dengan periode waktu tahunan maka nilai
amortisasi akan dibayar akan dibayar berdasarkan besar modal dikalikan dengan
factor pelunasan modal / Capital Recovery Factor (CRF).
Amortisasi = Cost x CRF
Capital Recovery Factor: CRF = Interest +
Depreciation = Interest + SFF
Depresiasi adalah penyusutan nilai atau harga atas
suatu barang yang disebabkan oleh karena usia pemakaian barang, perkiraan
perhitungan penurunan nilai didalam dunia bisnis atau nilai properties,
sehingga untuk menjaga kelangsungan usaha/bisnis maka setiap tahun investor
akan memperhitungkannya dengan member “keseimbangan depresiasi” dengan nilai
sebesar nilai modal dikalikan dengan Sinking Fund Factor (SFF).
Depresiasi = Cost x SFF
Salvage value dimaksudkan adalah “keseimbangan
nilai” yang diperhitungkan berdasarkan atas transfer atas perhitungan. Sebagai
contoh adalah nilai keseimbangan untuk harga saat kini (Present Value) akan
bisa “diseimbangkan” dengan nilai / harga untuk masa yang akan datang (Future
Value), semuanya bisa diperhitungkan berdasarkan nilai satuan harga dengan
waktu tertentu (Unity) atau nilai rutin dengan periode tahunan(Annuity).
Salvage Value = Factor of Future Value (unity)=
(FVunity) / (PVunity)
Salvage Value = Factor of Future Value (annuity)=
(FVannuity) / (PVannuity)
Unity: FVunity = PVunity ( 1 + i ) n atau PVunity =
FVunity / ( 1 + i )n
Annuity: FVannuity= [ Aannuity( 1 + i )n -1] / i
atau PVannuity= [ Aannuity ( 1 + i )n - 1] / [ i ( 1 + i )n ]
Economic Analysis akan diperhitungan dengan 3 (tiga)
parameter yaitu: Benefit (B) Cost (C) Ratio: (BCR), Net Benefit (B – C) dan
Internal Rate of Return (IRR).
Dalam perhitungan analisis untuk BCR (B/C) untuk
suatu proyek akan bisa didapatkan 4 (empat) keadaan dengan arti masing-masing,
yaitu:
- bilamana: B/C < 1 dikatagorikan bahwa proyek
sebagai TIDAK DIKEHENDAKI
- bilamana: B/C = 1 dikatagorikan bahwa proyek
sebagai MARGINAL (fifty-fifty)
- bilamana: B/C > 1 dikatagorikan bahwa proyek
sebagai “MENARIK”
- bilamana: B/C > 10 dikatagorikan bahwa proyek
sebagai “TAMBANG EMAS”
Sedangkan IRR adalah merupakan nilai Interest Rate (
i ) yang diperhitungkan untuk analisis ekonomis proyek pada keadaan B/C = 1
1.
PERUMUSAN MASALAH
Ini merupakan langkah pertama dalam melakukan
analisis masalah. Masalah perlu dirumuskan secara benar agar tidak menimbulkan
pengertian yaqng berbeda.
Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa
batas sebuah masalah adalah “kesenjangan” , oleh karena itu sesuatu dapat
dikatakan masalah jika terdapat kesenjangan baik kesenjangan secara prosedur
maupun system.
Contoh dari kasus ini adalah jika pegawai yang
sehari-harinya masuk tepat waktu namun akhir akhir ini pegawai tersebut sering
terlambat masuk kantor. Atau sebuah pabrik baja yang biasanya memproduksi 10
ton baja perharinya sekarang hanya mampu memproduksi 5 ton saja.
Pada kedua contoh kasus diatas dapat disimpulkan
bahwa sesungguhnya keduasituasi tersebut di atas mempunyai masalah.
Dari contoh masalah tersebut jelas
bahwa keduanya merupakan masalah tunggal (spesifik) . dan ini bias
langsung kita cari penyebabnya. Terkadang kita sering menemukan masalah yang
majemuk, seperti si A malas masuk kantor, si A suka memprofokasi dan si A
selalu menuntut tambahan peenghasilan. Walaupun kelihatanya masalah –masalah
tersebut saling berkaitan namun untuk mencari penyebabnya kita harus
memilah-milah terlebih dahulu masalah tersebut menjadi masalah tunggal
(spesifik). Artinya dengan memilah-milah persoalan tersebut, kita dapat
merumuskan dengan jelas masing-masing persoalan dan mencari penyebab dari
masing-masing persoalan itu secara baik.
2.
Membuat Spesifikasi Penyebab
Tahap berikutnya aadalah
mencari penyebab secara spesifik , dan tentunya harus diawali dengan pertanyaan
APA ataau SIAPA yang mempunyai masalah , apa yang sedang dihadapi, kapan dan di
mana masalah itu terdi, serta berapa besar masalah itu dan bagainmana kecenderungannya
dari waktu ke waktu.
Setelah
semua pertanyan tersebut dijawab maka selanjutnya kita mencari pembedaan
maksudnya mengidentifikasi perbedaan antara antara pihak yang bermasalah dengan
pihak pembanding pada setiap spesifikassi yang ada dan perubahan maksudnya
berapa besar perubahan yang terjadi pada pihak yang bermasalah sejak masalah
itu mulai dirasakan.
Kemudian dari perbedaan dan perubahan yang ada maka
kita membuat daftar kemungkinanan penyebab dengan berbagai fakta , pengalamam
dan logika yang ada terhadap penyimpangan tersebut.
3.
Menguji Penyebab
Untuk menentukan penyebab yang paling dominan atau
penyebab yang sebenarnya, kita melakukan pengujian terhadap kemungkinan
kemungkinan penyebab yang telah kita daftar (list) sebelumnya.
Pertanyaan yang digunakan untukmenguji kebenaran
dari kemungkinan penyebeb adalah: apakah penyebab ini telah sesuai
dengan faktaa yang ada ? dan siapa yang bertanggung jawab terhadap kebenaran
informasi terssebut? Semua yang tidak berdasar atas kedua pertanyan di atas
maka ditanyakan gugur (invalid).
4.
Memferifikasi Penyebab Yang
Sebenarnya
Untuk memferifikasi terhadap benda mati kita dapat
langsung melakukan ferifikasi penyebab yakni dengan mengganti suku cadang yang
dianggap merusak atau tidak berfungsi dengan suku cadang yang baru, sedangkan
untuk hal-hal yang bersifat masusia, hal ini relative sulit, sebab kita tidak
bias langsung melakukan ferifikasi dengan memecat seseorang jika ia tidak
berfungsi sebagai mana mestinya.
Oleh
karena itu tindakan ferifikasi sangat cocok dilakukan untuk masalh-masalah yang
berhubungan dengan benda mati.
Dari semua langkah didalam menganalisis masalah yang
berguna untuk mencari penyebab suatu masalah dapat dilakukan dengan beberapa
pisau analisis sebab akibat antara lain adalah dengan menggunakan metode
:causal map” (peta sebab akibat) atau dapat juga menggunakan metode “fish Bone
Diagram “ (dianggap tulang ikan).
Alternative pemecah masalah disebut juga dengan
analisis keputusan, yaitu merupan kelanjutan dari Teknik Analisis Masalah.
Alternative pemecahan masalah merupakan langkah
untuk meentukan keputusan sebagai
tindakan terbaik untuk memperbaiki “penyimpangan”
yang ada.
Ada 3 (tiga) ide yang mendasar dala melakukan
alternative pemecahan masalah yaitu :
1. Menentukan
sasaran-sasaran atau membuat kriteria yang mengidentifikasi
hasil-hasil yang akan kita capai serta sumber-sumber apa saja yang harus kita
siapkan.
2. Mempertimbangkan
alternative-alternatif yang dapat memenuhi sasaran, serta menentukan
alternative mana yang cocok dengan kebutuhan kita.
3. Menilai akibat-akibat yang
merugikan atau berbagai resiko yang terkandung dalam alternative –alternatif
yang menarik sebelum diadakan komitmen untuk bertindak.
Langkah-langkah analisis keputusan tersebut dapat di
gambarkan seperti berikut :
Menentukan sasaran-à menilai alternatif-à menilai
akibat
5.
Menyatakan Tujuan Pengambilan Keputusan
Langkah alternative pemecahan masalah dimulai dengan
Menyatakan Tujuan Pengambilan Keputusan. Dengan menyatakan tujuan pengambilan
keputusan tersebut, kita akan mengetahui apa yang harus dilakukan. Semakin
spesifik pernyataan tersebut, semakin baik kita dapat melakukan pengambilan
keputusan, sedangkan pernyataan yang kurang/tidak spesifik akan membuat kita
sulit memusatkan perhatian pada tujuan yang akan kita putuskan.
Contoh dari masalah ini adalah: jika tujuan
pengambilan keputusan kita adalah untuk mengiris bawang kita nyatakan dengan
“diperlukan pisau dapur yang tajam” maka akan lebih mudah bagi kita untuk
menetapkan keputusan jika dibandingkan dengan pernyataan “alat-alat apa saja
yang dapat digunakan untuk mengiris bawang”, karena kita masih perlu berfikir
beberapa kali untuk menentukan alat-alat apa saja yang dapat mengiris bawang.
6.
menentukan Kriteria Pemilihan
Langkah ini biasa juga disebut dengan persyaratan
Pemilihan. Pada langkah ini kita akan menentukan persyaratan apa yang harus
kita tuntut untuk calon pilihan kita. kriteria ini sebagai sortir atau
penyaring terhadap calon-calon yang akan kita pilih nantinya.
Kriteria dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
kriteria wajib, keharusan dan kiteria keinginan. Kriteria keharusan dibuat
untuk memberikan batasan calon yang layak untuk dipilih, sedang kriteria
keinginan dibuat untuk memilih calon mana dari yang sudah layak untuk dipilih
tersebut pantas menjadi pilihan atau pilihan-pilihan terbaik.
Kriteria wajib/keharusan mempunyai cirri mutlak,
terukur dan realistis. Mutlak artinya ktriteria yang kita buat akan menjadi
batasan apakah sesuatu atau seseorang calon layak menjadi calon terpilih.
Kriteria wajib/keharusan ini juga tidak bisa ditawar lagi. Jawaban yang diminta
sifatnya tertutup, misalnya dengan menjawab “ya” atau “tidak”; “berhasil” atau
“gagal” dan seterusnya. Cirri lain dari Kriteria ini adalah terukur, artinya
jelas parameter ukurannya, misalnya dibutuhkan 8 orang pegawai baru, dicetak
100 eksemplar buku panduan, dan lain-lain. Untuk cirri realistic aksudnya dalah
si pengambil keputusan harus berhati-hati dalam menentukan kriteria untuk masuk
dalam keharusan, misalnya calon pegawai yang memiliki nilai potensi akademik
terataslah yang lolos untuk masuk pada tes berikutnya sedangkan yang terbawah
akan gugur dengan sendirinya.
Berbeda dengan kriteria wajib, kriteria keinginan
akan lebih bersifat relative, artinya kriteria keinginan digunakan untuk
memilih mana calon atau alternative yangpaling mendekati dengan keinginan
tertentu, dan biasanya untuk menentukan kriteria keinginan harus terlebih
dahulu melewati kriteria wajib/keharusan, sehingga akan lebih objektif.
Langkah selanjutnya, maka kita tinggal
menetapkan bobot dari masing-masing kriteria tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
kriteria yang lebih tinggi peruntukannya memiliki bobot yang lebih tinggi
demikian pula sebaliknya akan memiliki bobot yang lebih rendah.
Pembuatan kriteria merupakan langkah yang bersifat
substantive, imajinatif dan kreatif dimana setiap individu diberikan kesempatan
untuk memikirkan bentuk maupun jenis kriteria itu sendiri agar benar-benar
sesuai dengan tujuan terhadap keputusan yang akan diambil.
7.
Mengembangkan
Alternatif Pilihan
Pada langkah ini kita akan membuat beberapa
alternative sebagai pilihan. Alternative perlu untuk dikembangkan agar kita
lebih objektif dalam menyusun kriteria dan sebaiknya alternative-alternatif ini
tidak diteliti dahulu sebelum kita menentukan kriterianya.
Mengembangkan alternative juga merupakan langkah
yang kreatif merupakan langkah yang kreatif, artinya semakin kita kreatif
tentunya semakin banyak alternative yang kita ajukan untuk dipilih. Untuk
mengembangkan alternative ini kita dapat melakukan dengan curah pendapat. Kita
juga dapat memodifikasi, memperbaiki, atau menggabungkan beberapaalternatif
yang sudah ada dengan alternative-alternatif baru yang didapat dari
usulan curah pendapat tersebut.
Contoh dari mengembangkan alternative ini adalah:
jika kita ingin menuju ke satu tujuan tertentu, sedangkan kita telah
mendapatkan beberapa altenatif pilihan awal sebelumnya misalnya melewati jalur
iA, jalur B dan Jalur C. namun kita perlu juga mendapatkan alternative
lain seperti dari radio atau dari telepon kepada teman, sehingga besar
kemungkinan kita akan menemukan alternative pilihan lain misalnya dapat juga
melalui jalur X dan jalur Y, maka kedua jalur yang baru ini juga menjadi
pertimbangan untuk kita memilih, artinya jika sebelumnya kita hanya memiliki 3
alternatif pilihan maka setealh adanya pengembangan alternative, sekarang kita
memiliki 5 alternatif pilihan.
8.
Mengevaluasi
Altenatif
Untuk mengevaluasi alternative saringan pertama yang
harus kita lakukan adalah KRITERIA keharusan sebab ini akan menentukan apakah
alternative itu layak atau memiliki kualitas yang memadai untuk
diperhitungkan. Seluruh butir dari kriteria keharusan harus dipenuhi bagi calon
alternative pilihan.
Untuk menentukan mana yang baik dari calon
alternative tersebut, maka perlu juga menyaringnya dengan saringan kedua yaitu
dengan kriteria keinginan, sehingga semua unsur0unsur dalam pembobotan dari
kriteria keharusan dapat dikombinasikan dengan pembobotan yang ada pada
kriteria keinginan.
Terakhir yang harus kita lakukan adalah
mempertimbangkan resiko pilihan dan ini harus dimulai dari hal-hal yang
sifatnya negative kalau pilihan kita itu ditetapkan. Alas an kita melihat dari
sisi negative adalah untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang
merugikan sebelum kita benar-benar menentukan suatu keputusan dan jika
pertimbangan yang bersifat negative ini akan benra-benar menjadi kenyataan
dikemudian hari, kita sudah siap menerima resiko yang kita hadapi bahkan kita
sudah siap menyiapkan tindakan untuk pencegahannya.
Beberapa pisau analisis yang dapat kita gunakan
dalam alternative pemecahan masalah masalah ini diantaranya adalah pohon
alternative pada PKT, Diagram Force Field Analysis (analisis kekuatan medan),
formulasi strategi SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
dan lain sebagainya, sedangkan untuk melakukan pemilihan kriteria kita dapat
melakukannya dengan Teori Tapisan Mc Namara, metoda CBA (Cast Benefit Analysis)
dan lain-lain
ANALISIS
INVESTASI
Semua bisnis dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan nilai tambah atau keuntungan di kemudian hari. Investasi
meryupakan salah satu plihan langkah untuk memperoleh penghasilan yang lebih
besar di kemudian hari. Yang harus diperhatikan dalam melakukan investasi
adalah: kita harus memiliki ketersediaan dana maupun aset, serta komitmen
mengikatkan aset tersebut pada saat sekarang. Banyak bisnis yang dapat
dilakukan baik dalam jangka pendek maupun jangak panjang, tentu semuanya
bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah atau keuntungan di kemudian hari.
Orang membeli sebidang tanah dengan harapan nantinya harga tanah tersebut
menjadi lebih mahal. Orang menyimpan uangnya di bank dengan harapan mendapatkan
bunga dari simpanannya itu.Keputusan investasi merupakan keputusan yang dibuat
pada masa sekarang namun manfaatnya baru akan dirasakan pada masa yang akan
datang, sehingga keputusan ini harus dilaksanakan secara hati-hati. Investasi
adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi.
Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentukaktiva dengan
suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang, investasi disebut
juga sebagai penanaman modal (capital invesment). Menurut Mulyadi
(1993:284), investasi adalah peningkatan sumber-sumber dalam jangka panjang
untuk menghasilkan laba yang akan datang. Pendapat yang lain mengatakan bahwa investasi merupakan penggunaan modal untuk
menciptakan uang, baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan
maupun melalui ventura yanglebih berorientasi
ke risiko, yang dirancang untuk mendapatkan perolehanmodal (Downes dan
Goodman dalam Warsono, 2001;1). Sedangkan menurut(Halim, 2005:4) investasi
merupakan penempatan sejumlah dana pada saat inidengan harapan untuk memperoleh
keuntungan di masa mendatang.
Investasi
adalah cara seseorang untuk mengelola uangnya baik itu dengan dibelikan
property, ditabung atau ditanam ke dalam suatu usaha dengan tujuan mendapat
keuntungan setelah masa/periode yang ditentukan sebelumnya.Secara umum, semua
tindakan di atas dapat dikategorikan sebagai tindakan investasi. Definisi yang
lebih lengkap diberikan oleh Reilly dan Brown, yang mengatakan bahwa investasi
adalah komitmen mengikatkan aset saat ini untuk beberapa periode waktu ke masa
depan guna mendapatkan penghasilan yang mampu mengkompensasi pengorıbanan
investor berupa:
(1)
Keterikatan aset pada waktu tertentu,
(2)
Tingkat inflasi, dan
(3)
Ketidaktentuan penghasilan pada masa mendatang.
1. Tujuan Investasi
Ada
beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah:
a. Untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa datang. Seseorang yang bijaksana
akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau
setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada
saat ini agar tidak berkurang dimasa yang akan datang.
b. Mengurangi
tekanan inflasi Dengan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan atau
obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai
kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
c. Dorongan
untuk menghemat pajak Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang
bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian
fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada
bidang-bidang usaha tersebut
bidang-bidang usaha tersebut
2. Jenis-jenis
Investasi
Secara
garis besar, investasi secara umum dapat dibagi dua, yaitu:
1. Riil
Investment
Riil
Investment, yaitu
menginvestasikan sejumlah dan tertentu pada aset berwujud. Real asset investmen
adalah komitmen mengikatkan aset pada sektor riel. Seperti diketahui, istilah
sektor riel seperti perdagangan, industri, pertanian dan lain sebagainya.
Dengan demikian, investasi pada sektor riel adalah komitmen meningkatkan aset
di luar sektor keuangan. Sebagai contoh dari real asset investment, misalnya
membeli ruko untuk berdagang tekstil atau barang lainnya, membangun pabrik,
membeli apartemen kemudian disewakan, membeli lukisan untuk; dijual kembali dan
masih banyak lagi.
2. Financial
Investment, yaitu menginvestasikan sejumlah dana tertentu pada aset
finansial, seperti halnya deposito, saham, obligasi, dan lain-lain. Dalam hal
ini surat berharga yang diperdagangkan atau yang sering disebut dengan efek
adalah berupa saham. Menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang pasar
modal, definisi dari bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan
penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan
efek diantaranya. Di Indonesia, perdagangan saham dilakukan di Bursa Efek
Indonesia. Tidak semua perusahaan dapat langsung mengeluarkan suatu efek
(saham), oleh sebab itu perusahaan yang ingin menerbitkan efek harus memenuhi
kriteria ataupun peraturan-peraturan yang ada sebelum menerbitkan suatu efek.
Ciri-ciri investasi di sektor keuangan yang membedakannya, dengan investasi di
sektor riil- adalah dalam melakukan investasi perantara mutlak diperlukan,
kemudian informasi hanya bisa didapat dari prospektus, laporan tahuhan atau
proposal. Karena maınajemen investasi menyajikan teori-teori tentang
Portofolio, maka konsentrasi kita akan kita curahkan pada investasi di sektor
keuangan ini.
3.
Analisis fundamental suatu perusahaan
Dalam
rasio-rasio keuangan, terbagi lagi menjadi lima rasio, yaitu :
a. Rasio
Likuiditas, menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo.
b. Rasio
Aktifitas, menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam
memanfaatkan aktifa yang dimiliki atau perputaran (turnover)
aktifa-aktifa suatu perusahaan.
c. Rasio
Hutang, berfungsi untuk menunjukkan kemampun perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
d. Rasio
Profitabilitas, menunjukkan tingkat keberhasilan perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan.
e. Rasio
Pasar, menggambarkan bagaimana pasar menghargai saham suatu
perusahaan.
3.
Proses
investasi
Proses
investasi adalah suatu rangkaian aktivitas yang menghasilkan di dalam pembelian
aset nyata/surat berharga. Proses investasi berkisar tentang
keputusan-keputusan investasi yang berhubungan untuk memaksimumkan kekayaan
investor.
Langkah-langkah
dalam proses investasi :
a. Pengetahuan
tentang pengembalian dan resiko investasi.
b. Mengetahui
sikap investor terhadap resiko. Setiap investor harus mau menerima resiko
investasi yang terkadang di dalam aset riil maupun surat berharga, dan dapat
mengidentifikasi kombinasi pengembalian dan resiko yang dapat diterima. Dengan
kata lain, sebelum menerima resiko investasi, investor harus berada pada posisi
finansial yang logis, dan harus siap menggunakan alasan-alasan yang masuk akal
untuk proses pembuatan keputusan.
c. Pengetahuan
dari setiap tipe surat berharga/aset yang tersedia untuk investasi, termasuk
pengembalian yang diharapkan dan resiko yang berhubungan dengan tipe aset/surat
berharga tersebut.
d. Memilih
beberapa surat berharga/aset yang dapat memberi suatu pengembalian dan resiko
yang dapat diterima berdasarkan kebutuhan -kebutuhan dari investor tertentu.
Menurut
Sharpe (2005 :10) proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang
investor membuat keputusan investasi sekuritas yang bisa dipasarkan, seberapa
ekstensif dan kapan sebaiknya dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut
diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Penentuan Kebijakan Investasi
Langkah
pertama, menentukan kebijakan investasi, meliputi penentuan tujuan investor dan
dan banyaknya kekayaan yang dapat diinvestasikan. Karena terdapat hubungan
positif antara risiko dan return untuk strategi investasi, bukan suatu hal yang
tepat bagi seorang investor untuk berkata bahwa tujuannya adalah “memperoleh
banyak keuntungan”. Yang tepat bagi seorang investor dalam kondisi seperti ini
adalah menyatakan tujuannya untuk memperoleh banyak keuntungan dengan memahami
bahwa ada kemungkinan terjadinya kerugian. Tujuan investasi seharusnya
dinyatakan dalam risiko maupun return.
Langkah
dalam proses investasi ini juga meliputi identifikasi potensi katagori aset
keuangan yang akan dimasukkan ke portofolio. Identiifkasi ini didasarkan pada
beberapa hal: tujuan investasi,jumlah kekayaan yang akan diinvestasikan, dan
status pajak dari investor. Contohnya, dapat dilihat kemudian, biasanya tidak
masuk akal bagi investor individu untuk membeli saham utama atau bagi investor
yang tidak kena pajak (seperti dana pensiun) untuk berinvestasi pada sekuritas
yang tidak kena pajak (seprti municipal bonds). Kebijakan investasi marupakan
titik pijakan bagi proses investasi. Akan tetapi, kebijakan tersebut merupakan
langkah yang menerima perhatian paling sedikit dari pada investor. Bagian Isu
kel embagaan yang berjudul “Kebijakan Investasi” menggambarkan lebih rinci unsure-unsur
dasar kebijakan investasi.
2.
Melakukan Analisis Sekuritas
Langkah
kedua dalam proses investasi adalah melakukan analisis sekuritas, yang meliputi
penelitian terhadap sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok
sekuritas) yang masuk ke dalam katagori luas aset keuangan yang telah
diidentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut
adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced). Ada
banyak pendekatan terhadap analisis sekuritas, namun pendekatan tersebut dapat
dikatagorikan ke dalam dua klasifikasi. Klasifikasi pertama adalah analisis
teknikal, analisis yang memakai pendekatan ini untuk analisis sekuritas disebut
analisis teknis atau analisis teknikal. Klasifikasi kedua disebut analisis
fundamental; mereka yang memakai pendekatan ini disebut fundamentalis atau ahli
analisis fundamental. Dalam membahas kedua pendekatan analisis sekuritas
tersebut, pertama-tama akan difokuskan pada saham biasa dam kemudian aset
keuangan lain.
Dalam
bentuk yang paling sederhana, analisis teknikal meliputi studi harga pasar
saham dalam upaya meramalkan pergerakan harga masa depan untuk saham perusahaan
tertentu. Mula-mula, harga - harga masa lalu dianalisis untuk menentukan tren
atau pola gerakan harga. Lalu harga saham sekarang dianalisis untuk
mengidentifikasi tren/pola yang muncul yang mirip dengan pola masa lalu. Pola
sekarang yang cocok dengan masa lalu diharapkan akan terulang kembali. Jadi
dengan mengidentifikasi pola yang muncul, analisis itu berharap dapat meramalkan
dengan tepat gerakan harga pada masa depan untuk saham tersebut.
Dalam
bentuk yang paling sederhana, analisis fundamental dimulai denagn menaksir
bahwa nilai “sebenarnya “ (atau “intrinsik”) aset keuangan itu sama dengan
nilai sekarang (present value) dari semua aliran tunai yang diharapkan diterima
oleh pemilik aset itu.Sesuai dengan hal tersebut, analis saham fundamental
berupaya meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan kemudian
mengkonversikannya menjadi nilai sekarang (present value) denagn menggunakan
tingkat diskonto yang tepat.
Lebih
spesifik lagi, analis tidak hanya harus memperkirakan tingkat diskonto saja
tetapi juga aliran dividen dari suatu saham pada masa depan, yang sama artinya
dengan meramalkan pendapatan per lembar saham dan pembayaran dan dividen tunai
(pay out ratio). Lebih jauh lagi, tingkat diskonto harus diestimasi. Setelah
nilai sesungguhnya (tue value) dari saham biasa suatu perusahan ditentukan,
nilai tersebut di bandingkan dengan harga pasar dari saham tersebut dengan
tujuan untuk melihat apakah saham dihargai dengan tepat. Saham yamg memiliki
true value lebih rendah dari harga pasar disebaut uvervalued atau overpriced.
Saham yang true value-nya lebih rendah dari harga pasar disebut undervalued
atau underpriced.
Besarnya
perbedaan antara tru value dengan harga pasar juga merupakan informasi yang
penting karena keyakinan pendapat seorang analisis bahwa harga saham tertentu
tidak dapat sebagian tergantung dari besaran tersebut. Analisis fundamental
percaya bahwa kasus kesalahan dalam penentuan harga akan dikoreksi oleh pasar
pada masa depan, artinya harga saham yang undervalue akan mengalami kenaikan
nilai (appreciation) yang luar biasa sedangkan harga saham yang overvalue akan
mengalami penurunan nilai (depreciation) yang luar biasa.
3.
Membentuk Portofolio
Langkah
ketiga dalam proses investasi, pembentukkan (penyusunan) portofolio, melibatkan
identifikasi aset – aset khusus mana yang akan dijadikan investasi, juga
menentukan besarnya bagian kekayaan investor yang akan diinvestasikan ke tiap
aset tersebut. Di sini masalah selektifitas, penentuan waktu dan diversifikasi
perlu menjadi perhatian bagi investor. Selektifitas, juga disebut
microforecasting, merujuk pada analisis sekuritas dan menfokuskan pada
peramalan pergerakan harga tiap – tiap sekuritas. Penentuan waktu (timing),
yang juga disebut macroforecasting, meliputi peramalan pergerakan harga saham
biasa secara umum relative terhadap sekuritas dengan bunga tetap, misalnya
obligasi korporasi (PT Tbk.) dan Treasury bills. Diversifikasi meliputi
pembentukan portofolio investor sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko,
dengan memperhatikan batasan – batasan tertentu.
4. Merevisi
Portofolio. Langkah keempat dalam proses investasi, revisi portofolio,
berkenaan dengan pengulangan periodic dari tiga langkah sebelumnya. Yaitu, dari
waktu ke waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya, yang pada
gilirannya berarti portofolio yang dipegangnya tida lagi optimal. Oleh karena
itu, investor membentuk portofolio barudengan menjual portofolio yang
dimilikinya dan membeli portofolio lain yang belum dimiliki.
5. Motivasi
lain dari langkah ini adalah dengan berjalannya waktu, terjadi perubahan
sekuritas, sehingga sekuritas yang tadinya tidak menarik sekarang menajdi
menarik dan bisa juga kebalikannya. Jadi investor ingin menambah sekuritas yang
menarik ke portofolionya dan menjual sekuritas yang tidak lagi menarik.
Keputusan semacam ini tergantung antara lain pada besarnya biaya transaksi
untuk melakukan perubahan tersebut dan juga besarnya peningkatan pendapatan
investasi portofolio yang baru.
6. Mengevaluasi
Kinerja Portofolio . Langkah kelima dalam proses investasi, evaluasi
kinerja portofolio, meliputi penentuan kinerja portofolio secara periodic,
tidak hanya berdasarkan return yang dihasilkan tetapi juga risiko yang dihadapi
investor. Jadi diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko dan juga
standar (benchmark) yang relevan
4.
Metode-Metode
Pemilihan Investasi
Dalam
perjalanan investasi, nilai suatu asset bisa berubah dari waktu ke waktu akibat
perubahan kondisi pasar. Selain itu, sebagai bagian dari proses investasi,
investor perlu memantau dan mengevaluasi kinerja investasi portofolionya untuk
melihat sejauh mana strategi yang dipilihnya bekerja demi tercapainya tujuan
investasi
Tiga
alasan utama mengapa kita perlu mengukur kinerja investasi:
· Kinerja
investasi merupakan tujuan dari proses investasi.
Dengan
mengukur kinerja investasi, maka investor dapat mengukur seberapa besar
pencapaian tujuan investasinya.
· Sebagai
feedback atas pencapaian tujuan investasi.
Pengukuran
kinerja memungkinkan investor melakukan evaluasi, di mana hasil evaluasi
tersebut dapat menjadi umpan balik (feedback) atas pencapaian tujuan investasi.
Dengan berbekal umpan balik ini maka investor dapat menentukan apakah strategi
yang dipilihnya sudah tepat, ataukah ia masih perlu melakukan langkah-langkah
penyesuaian guna mencapai tujuan investasinya.
· Menghindari
penyimpangan dari tujuan investasi.
Evaluasi
kinerja investasi secara berkala dapat membantu menghindari kekeliruan yang
berakibat penyimpangan hasil investasi dari tujuan investasi. Jika memang
terjadi kekeliruan maka investor dapat segera meluruskannya dengan mengubah
strategi investasi atau menyempurnakan proses investasinya.
Ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh investor dalam perhitungan kinerja
investasi:
Jenis
portofolio investasi
Pedoman
dan batasan investasi
Tolok ukur
(benchmark)
Jangka
waktu dan interval pengukuran
Arus dana
masuk/keluar (cash inflow/outflow) selama periode pengukuran
Faktor-faktor
eksternal, misalnya perpajakan, kurs mata uang asing, regulasi pemerintah, dan
seterusnya
Pemilihan
tolok ukur penting karena investor perlu membandingkan kinerja portofolionya
dengan kinerja tolok ukur. Tolok ukur yang dipilih sebaiknya disesuaikan dengan
asset class portofolio sehingga perbandingannya pun menjadi setara (apple-to-apple
comparison). Sebagai contoh, portofolio saham dengan batasan investasi
80-100% di saham dan 0-20% di instrumen pasar uang biasanya menggunakan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai tolok ukurnya. Portofolio obligasi dengan
batasan investasi 80-100% di obligasi pemerintah dan 0-20% di instrumen pasar
uang biasanya menggunakan HSBC Bond Index sebagai tolok ukurnya, sedangkan
untuk portofolio pasar uang bisa digunakan rata-rata bunga deposito atau
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai tolok ukur. Untuk portofolio campuran,
tolok ukurnya bisa berupa komposit dari beberapa indeks atau variabel. Misalnya
untuk portofolio campuran dengan batasan investasi 0-20% di instrumen pasar
uang, 40-60% di obligasi pemerintah dan 40-60% di saham bisa digunakan tolok
ukur berupa komposit 50% IHSG + 50% HSBC Bond Index.
5.
Pengertian Studi Kasus
Menurut
Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap
satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau
satu peristiwa tertentu .Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus
sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus
secaraintensif dan rinci.SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih
bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh
(1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji
unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menemukan
semuavariabel yang penting.
Berdasarkan batasan
tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1) sasaran
penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2)
sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas
sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami
berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
Susilo
Rahardjo & Gudnanto (2011: 250) studi kasus adalah suatu metode untuk
memahami individu yang dilakukan secara integrative dan komprehensif agar
diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah
yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh
perkembangan diri yang baik.
Pendapat
serupa di sampaikan oleh Bimo Walgito (2010: 92) studi kasus merupakan suatu
metode untuk menyelidiki atau mempelajari suatu kejadian mengenai perseorangan
(riwayat hidup). Pada metode studi kasus ini diperlukan banyak informasi
guna mendapatkan bahan-bahan yang agak luas.Metode ini merupakan integrasi dari
data yang diperoleh dengan metode lain.
Sedangkan
W.S Winkel & Sri Hastuti (2006: 311) menyatakan bahwa studi kasus dalam
rangka pelayanan bimbingan merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan
perkembangan siswa secara lengkap dan mendalam, dengan tujuan memahami
individualitas siswa dengan baik dan membantunya dalam perkembangan
selanjutnya.
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa studi kasus merupakan metode
pengumpulan data secara komprehensif yang meliputi aspek fisik dan psikologis
individu, dengan tujuan memperoleh pemahaman secara mendalam dan komprehensif.
6.
Jenis-jenis Studi Kasus
Studi
kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian
organisasitertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuri
perkembangan organisasinya. Studi kasus ini sering kurang memungkinkan untuk
diselenggarakan, karena sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara
minimal.
Studi
kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi
peran-serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya
pada suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus
studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu
kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
Studi
kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas.
Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup
seseorang, dari lahir hingga sekarang.
Studi
kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community
study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar
(kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu.
Studi
kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi
terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran
siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua
pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya,
kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
Mikroethnografi,
merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat
kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi
yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.
7.
Tujuan Studi Kasus
Seperti
halnya pada tujuan penelitian lain pada umumnya, pada dasarnya peneliti yang
menggunakan metoda penelitian studi kasus bertujuan untuk memahami obyek yang
ditelitinya. Meskipun demikian, berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian
studi kasus bertujuan secara khusus menjelaskan dan memahami obyek yang ditelitinya
secara khusus sebagai suatu ‘kasus’. Berkaitan dengan hal tersebut, Yin (2003a,
2009) menyatakan bahwa tujuan penggunaan penelitian studi kasus adalah tidak
sekedar untuk menjelaskan seperti apa obyek yang diteliti, tetapi untuk
menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi.
Dengan kata lain, penelitian studi kasus bukan sekedar menjawab pertanyaan
penelitian tentang ‘apa’ (what) obyek yang diteliti, tetapi lebih menyeluruh
dan komprehensif lagi adalah tentang ‘bagaimana’ (how) dan ‘mengapa’ (why)
obtek tersebut terjadi dan terbentuk sebagai dan dapat dipandang sebagai suatu
kasus. Sementara itu, strategi atau metoda penelitian lain cenderung menjawab
pertanyaan siapa (who), apa (what), dimana (where), berapa (how many) dan seberapa
besar (how much).
Sementara
itu, Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian studi kasus bertujuan untuk
mengungkapkan kekhasan atau keunikan karakteristik yang terdapat di dalam kasus
yang diteliti.Kasus itu sendiri merupakan penyebab dilakukannya penelitian
studi kasus, oleh karena itu, tujuan dan fokus utama dari penelitian studi
kasus adalah pada kasus yang menjadi obyek penelitian. Untuk itu, segala
sesuatu yang berkaitan dengan kasus, seperti sifat alamiah kasus, kegiatan,
fungsi, kesejarahan, kondisi lingkungan fisik kasus, dan berbagai hal lain yang
berkaitan dan mempengaruhi kasus harus diteliti, agar tujuan untuk menjelaskan
dan memahami keberadaan kasus tersebut dapat tercapai secara menyeluruh dan
komprehensif.
Secara khusus, berkaitan dengan karakteristik kasus sebagai obyek penelitian, VanWynsberghe dan Khan (2007) menjelaskan bahwa tujuan penelitian studi kasus adalah untuk memberikan kepada pembaca laporannya tentang ‘rasanya berada dan terlibat di dalam suatu kejadian’, dengan menyediakan secara sangat terperinci analisis kontekstual tentang kejadian tersebut. Untuk itu, peneliti studi kasus harus secara hati-hati menggambarkan kejadian tersebut dengan memberikan pengertian dan hal-hal yang lainnya dan menguraikan kekhususan dari kejadian tersebut. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kutipan berikut ini:
Secara khusus, berkaitan dengan karakteristik kasus sebagai obyek penelitian, VanWynsberghe dan Khan (2007) menjelaskan bahwa tujuan penelitian studi kasus adalah untuk memberikan kepada pembaca laporannya tentang ‘rasanya berada dan terlibat di dalam suatu kejadian’, dengan menyediakan secara sangat terperinci analisis kontekstual tentang kejadian tersebut. Untuk itu, peneliti studi kasus harus secara hati-hati menggambarkan kejadian tersebut dengan memberikan pengertian dan hal-hal yang lainnya dan menguraikan kekhususan dari kejadian tersebut. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kutipan berikut ini:
Case
studies aim to give the reader a sense of “being there” by providing a highly
detailed, contextualized analysis of an “an instance in action”. The researcher
carefully delineates the “instance,” defining it in general terms and teasing
out its particularities (VanWynsberghe dan Khan, 2007, 4).
8.
Mengenal lebih jauh tentang Studi Kasus
Pengertian Studi Kasus
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus
merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek
atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu .Surachrnad
(1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan
memusatkan perhatian pada suatu kasus secaraintensif dan rinci.SementaraYin
(1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada
ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi
kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn.
Para peneliti berusaha menemukan semuavariabel yang penting.
Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa
batasan studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia,
peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara
mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya
masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara
variabel-variabelnya.
Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011: 250) studi
kasus adalah suatu metode untuk memahami
individu yang dilakukan secara integrative dan komprehensif agar diperoleh
pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang
dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh
perkembangan diri yang baik.
Pendapat serupa di sampaikan oleh Bimo Walgito
(2010: 92) studi kasus merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau
mempelajari suatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup). Pada metode studi kasus ini diperlukan banyak
informasi guna mendapatkan bahan-bahan yang agak luas.Metode ini merupakan
integrasi dari data yang diperoleh dengan metode lain.
Sedangkan W.S Winkel & Sri Hastuti (2006: 311)
menyatakan bahwa studi kasus dalam rangka pelayanan bimbingan merupakan metode
untuk mempelajari keadaan dan perkembangan siswa secara lengkap dan mendalam,
dengan tujuan memahami individualitas siswa dengan baik dan membantunya dalam
perkembangan selanjutnya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
studi kasus merupakan metode pengumpulan data secara komprehensif yang meliputi
aspek fisik dan psikologis individu, dengan tujuan memperoleh pemahaman secara
mendalam dan komprehensif.
Jenis-jenis Studi Kasus
Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi,
dipusatkan pada perhatian organisasitertentu dan dalam kurun waktu tertentu,
dengan rnenelusuri perkembangan organisasinya. Studi kasus ini sering kurang
memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kurang mencukupi untuk
dikerjakan secara minimal.
Studi kasus observasi, mengutamakan teknik
pengumpulan datanya melalui observasi peran-serta atau pelibatan (participant
observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu..
Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu
tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan
sekolah.
Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai
satu orang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan
sejarah yang khas. Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier,
pengabdian hidup seseorang, dari lahir hingga sekarang.
Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang
kasus kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga
atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu.
Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini
mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu.
Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah
dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu
sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh
kunci lainnya.
Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang
dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah
ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak
yang sedang belajar menggambar.
Tujuan Studi Kasus
Seperti halnya pada tujuan penelitian lain pada umumnya,
pada dasarnya peneliti yang menggunakan metoda penelitian studi kasus bertujuan
untuk memahami obyek yang ditelitinya. Meskipun demikian, berbeda dengan
penelitian yang lain, penelitian studi kasus bertujuan secara khusus
menjelaskan dan memahami obyek yang ditelitinya secara khusus sebagai suatu
‘kasus’. Berkaitan dengan hal tersebut, Yin (2003a, 2009) menyatakan bahwa
tujuan penggunaan penelitian studi kasus adalah tidak sekedar untuk menjelaskan
seperti apa obyek yang diteliti, tetapi untuk menjelaskan bagaimana keberadaan
dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi. Dengan kata lain, penelitian studi
kasus bukan sekedar menjawab pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ (what) obyek
yang diteliti, tetapi lebih menyeluruh dan komprehensif lagi adalah tentang
‘bagaimana’ (how) dan ‘mengapa’ (why) obtek tersebut terjadi dan terbentuk
sebagai dan dapat dipandang sebagai suatu kasus. Sementara itu, strategi atau
metoda penelitian lain cenderung menjawab pertanyaan siapa (who), apa (what),
dimana (where), berapa (how many) dan seberapa besar (how much).
Sementara itu, Stake (2005) menyatakan bahwa
penelitian studi kasus bertujuan untuk mengungkapkan kekhasan atau keunikan
karakteristik yang terdapat di dalam kasus yang diteliti.Kasus itu sendiri
merupakan penyebab dilakukannya penelitian studi kasus, oleh karena itu, tujuan
dan fokus utama dari penelitian studi kasus adalah pada kasus yang menjadi
obyek penelitian. Untuk itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan kasus,
seperti sifat alamiah kasus, kegiatan, fungsi, kesejarahan, kondisi lingkungan
fisik kasus, dan berbagai hal lain yang berkaitan dan mempengaruhi kasus harus
diteliti, agar tujuan untuk menjelaskan dan memahami keberadaan kasus tersebut
dapat tercapai secara menyeluruh dan komprehensif.
Secara khusus, berkaitan dengan karakteristik kasus
sebagai obyek penelitian, VanWynsberghe dan Khan (2007) menjelaskan bahwa
tujuan penelitian studi kasus adalah untuk memberikan kepada pembaca laporannya
tentang ‘rasanya berada dan terlibat di dalam suatu kejadian’, dengan
menyediakan secara sangat terperinci analisis kontekstual tentang kejadian
tersebut. Untuk itu, peneliti studi kasus harus secara hati-hati menggambarkan
kejadian tersebut dengan memberikan pengertian dan hal-hal yang lainnya dan
menguraikan kekhususan dari kejadian tersebut. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
kutipan berikut ini:
Case studies aim to give the reader a sense of
“being there” by providing a highly detailed, contextualized analysis of an “an
instance in action”. The researcher carefully delineates the “instance,”
defining it in general terms and teasing out its particularities (VanWynsberghe
dan Khan, 2007, 4).
Mengenal lebih jauh tentang Studi Kasus
Sering kali muncul pertanyaan tentang masalah
penelitian studi kasus. Pertanyaan itu tidak saja dari mahasiswa tetapi juga
dari pihak lainyang punya minat penelitian.
Dalam tradisi penelitian kualitatif dikenal
terminologi studi kasus (case study) sebagai sebuah jenis penelitian. Studi
kasus diartikan sebagai metode atau
strategi dalam penelitian untuk mengungkap kasus tertentu. Ada juga pengertian
lain, yakni hasil dari suatu penelitian sebuah kasus tertentu. Jika pengertian
pertama lebih mengacu pada strategi penelitian, maka pengertian kedua lebih
pada hasil penelitian. Dalam sajian pendek
ini diuraikan pengertian yang pertama.
Selain studi kasus, ada fenomenologi, grounded
theory, etnografi, dan etnometodologi yang masuk dalam varian penelitian
kualitatif. Penelitian studi kasus memusatkan perhatian pada satu objek
tertentu yang diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam
sehingga mampu membongkar realitas di balik fenomena. Sebab, yang kasat mata hakikatnya bukan sesuatu yang
riel (realitas). Itu hanya pantulan dari yang ada di dalam.
Sebagaimana lazimnya perolehan data dalam penelitian
kualitatif, data studi kasus dapat
diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, baik melalui wawancara,
observasi, partisipasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari berbagai cara
itu hakikatnya untuk saling melengkapi. Ada kalanya data yang diperoleh dari
wawancara belum lengkap, sehingga harus dicari lewat cara lain, seperti
observasi, dan partisipasi.
Berbeda dengan metode penelitian kuantitatif yang
menekankan pada jumlah atau kuantitas sampel dari populasi yang diteliti,
sebaliknya penelitian model studi kasus lebih menekankan kedalaman pemahaman
atas masalah yang diteliti. Karena itu, metode studi kasus dilakukan
secara intensif, terperinci dan mendalam
terhadap suatu gejala atau fenomena tertentu dengan lingkup yang sempit. Kendati
lingkupnya sempit, dimensi yang digali harus luas, mencakup berbagai aspek
hingga tidak ada satu pun aspek yang tertinggal. Oleh karena itu, di dalam
studi kasus sangat tidak relevan pertanyaan-pertanyaan seperti berapa banyak
subjek yang diteliti, berapa sekolah, dan berapa banyak sampel dan sebagainya.
Perlu diperhatikan bahwa sebagai varian penelitian kualitatif, penelitian studi
kasus lebih menekankan kedalaman subjek ketimbang banyaknya jumlah subjek yang
diteliti.
Sebagaimana sifat metode penelitian kualitatif pada
umumnya, metode studi kasus juga sebaiknya dilakukan terhadap peristiwa atau
gejala yang sedang berlangsung. Bukan gejala atau peristiwa yang sudah selesai
(ex post facto). Unit of analysis bisa berupa individu, kelompok, institusi
atau masyarakat.
Perlu dipraktikkan konsep part and whole dalam
penelitian jenis studi kasus. Apa artinya? Penelitian studi kasus harus
dilakukan secara dialektik antara bagian dan keseluruhan. Maksudnya, untuk
memahami aspek tertentu perlu diperoleh gambaran umum tentang aspek itu.
Sebaliknya, untuk memperoleh gambaran umum diperlukan pemahaman bagian-bagian
khusus secara mendalam.
Untuk memperoleh pengetahuan secara mendalam, data
studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti, tetapi juga
dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Data
atau informasi bisa dari banyak sumber, tetapi perlu dibatasi hanya pada kasus
yang diteliti. Untuk memperoleh informasi yang mendalam terhadap sebuah kasus,
maka diperlukan informan yang handal yang memenuhi syarat sebagai informan,
yakni maximum variety, yakni orang yang tahu banyak tentang masalah yang
diteliti, kendati tidak harus bergelar akademik tinggi.
Pertanyaan yang sering muncul adalah apa yang
membedakan penelitian studi kasus dengan penelitian lainnya? Penelitian studi
kasus menekankan kedalaman analisis pada kasus tertentu yang lebih spesifik.
Metode ini sangat tepat dipakai untuk memahami fenomena tertentu di suatu
tempat tertentu dan waktu yang tertentu pula. Misalnya, tentang metode
pengajaran matakuliah tertentu, di lembaga pendidikan tertentu dalam waktu
tertentu ( yang masih dalam proses).
Pertanyaan lain yang tidak kalah seringnya adalah
apa hasil penelitian studi kasus bisa digeneralisasi atau berlaku secara umum.
Secara jujur saya risau dengan pertanyaan itu. Sebab, selain istilah
generalisasi tidak dikenal dalam metode penelitian kualitatif, hasil studi
kasus memang tidak dimaksudkan untuk digeneralisasi, karena lingkupnya sempit.
agai padanannya dikenal istilah transferabilitas,
yakni hasil penelitian itu bisa berlaku di tempat lain manakala tempat lain itu
memiliki ciri-ciri yang sama dengan tempat atau lokus di mana penelitian itu
dilakukan. Transferabilitas semacam itu bisa dilakukan jika penelitian bisa
sampai tahap temuan formal, bukan sekadar substantif.
Umumnya penelitian hanya berakhir pada temuan
substantif, yakni ketika masalah yang diajukan telah dijawab berdasarkan data.
Padahal, maslah ada satu tahap lagi yang harus dilalui jika diharapkan
penelitian menjadi karya ilmiah yang baik, yaitu tahap temuan formal, berupa
thesis statement dari hasil abstraksi temuan substantif.
sumber :
http://civilemotion.blogspot.co.id/2014/06/ekonomi-rekayasa-ekonomi-teknik.html
http://walkingrockwalking.blogspot.co.id/2017/10/ekonomi-management-part-iv.html
http://nanangnugrah4.blogspot.co.id/2013/01/analisis-
http://nurhibatullah.blogspot.com/2015/12/pengertian-jenis-dan-tujuan-studi-kasus.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar